Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perubahan Iklim Global, Bencana Bagi Umat Manusia

Pernahkah, wilayah Anda mengalami musim kemarau panjang yang tidak terduga? Atau pernahkah anda terjebak hujan badai? Atau pernahkah mendengar ada negara yang keseluruhannya hampir tenggelam?

Kalau belum, mungkin setidaknya anda pasti pernah menyaksikan beruang kutub yang tengah bertahan hidup di antara lelehan es di kutub. Kurang lebih itulah yang dimaksud dengan perubahan iklim secara ekstrem.

Perubahan Iklim Global, Bencana Bagi Umat Manusia

Ya, fenomena itu akan semakin kita temui abab 20 ini dan abad-abad selanjutnya. Hakikatnya, perubahan iklim global adalah hal yang alami. Hal ini karena berkaitan dengan fenomena atmosfer yang bersifat dinamis.

Namun, aktivitas manusia yang merusak lingkungan telah banyak berpengaruh terhadap iklim ini. Artikel ini mengulas seputar perubahan iklim global agar kita lebih tergambar tentangnya. Semoga bermanfaat.

Hakikat Perubahan Iklim

Perubahan iklim hakikatnya adalah perubahan variabel iklim seperti cuaca, suhu, dan curah hujan dalam rentang 50-100 tahun yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Aktivitas manusia ini lebih dikhususkan pada aktivitas yang menambah jumlah gas-gas seperti karbondioksida, metan, freon, dan nitrogen dioksida di atmosfer.

Aktivitas tersebut antara lain penggunaan bahan bakar fosil, aktivitas industri, dan alih fungsi hutan maupun RTH (ruang terbuka hijau) yang mengurangi kuantitas pohon sebagai penyerap karbondioksida serta penggunaan benda-benda yang menghasilkan gas-gas tersebut.

Perubahan iklim yang terjadi secara alami seperti yang diakibatkan oleh letusan gunung api yang menambah jumlah aerosol (gas) di atmosfer, tidak digolongkan sebagai penyebab terjadinya perubahan iklim. Hal ini karena kuantitasnya tidak begitu memengaruhi iklim.Kita juga memahami bahwa hanya ada beberapa peristiwa letusan gunung api yang menghasilkan aerosol dalam jumlah fantastis di atmosfer. Yaitu, saat letusan Gunung Krakatau tahun 1883 dan letusan Gunung Vesuvius 1906.

Efek Rumah Kaca: Faktor Dominan Perubahan Iklim

Apa yang anda pikirkan saat ditanya mengenai efek rumah kaca? Apakah perubahan iklim akibat banyaknya rumah modern saat ini yang menggunakan kaca? Oh, tentu bukan itu jawabannya.

Efek rumah kaca lebih sebagai analogi atau menyamakan bumi seperti rumah kaca yang menghalangi pemantulan radiasi matahari. Seperti itulah bumi saat ini. Di mana jumlah karbondiokasida (CO2) yang dilepaskan ke atmosfer semakin bertambah. Pengaruh gas CO2 di atmosfer sangat besar yaitu 50% dibandingkan gas-gas lain seperti freon (20%), metan (16%), Ozon (8%), dan nitrogen dioksida (6%). Jadi, gas CO2 ini yang mendominasi dalam proses terjadinya efek rumah kaca.

Gas CO2 ini kemudian membentuk lapisan tipis di atmosfer kita dan menghalangi pemantulan sinar matahari ke luar angkasa. Gas CO2 ini persis seperti plastik di rumah kaca. Hasilnya, bumi semakin panas. Fenomena inilah yang sering kita disebut sebagai pemanasan global.

Penambahan gas CO2 di atmosfer tidak terlepas dari aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar fosil. Dari penggunaan bahan bakar fosil ini, gas CO2 yang dihasilkan sebanyak 80%. Sedangkan 20% gas CO2 dihasilkan dari aktivitas pengrusakan hutan demi kepentingan manusia.

Dampak Perubahan Iklim

Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan iklim erat kaitannya dengan pemanasan global. Pemanasan global ini telah menaikkan rata-rata suhu bumi sehingga dampaknya juga mengarah pada perubahan iklim.

Pada tahun 1900, suhu bumi telah naik 20C. Pada tahun 2000, suhu bumi naik 0,50C menjadi 2,50C. Diperkirakan tahun 2023 mendatang suhu bumi sebesar 3,50C dan pada tahun 2100, suhu bumi 5,50C. Mungkin terbersit dalam benak kita, apa bahayanya kalau hanya naik 30C dalam 100 tahun?

Baru-baru ini penelitian yang mengejutkan banyak pihak menemukan bahwa aktivitas mikroorganisme, virus, bakteri, jamur, dan parasit lain semakin meningkat akibat perubahan iklim ini terutama karena perubahan suhu.

Hal yang senada juga diungkapkan Andrew Dobson dari Princeton University. Dia mengatakan bahwa perubahan cuaca dapat memengaruhi ekosistem alam yang makin menguntungkan kelangsungan hidup penyakit menular. Maka, tidak heran jika penderita penyakit semakin meningkat.

Nah, kebanyakan binatang penyebar penyakit menular ini adalah nyamuk. Kita ketahui bahwa semakin tinggi suhu bumi maka kecepatan berkembang biak nyamuk semakin tinggi juga. Tercatat sekitar 2 juta manusia meninggal dunia karena penyakit malaria. Bahkan, data statistik menunjukkan kalau penyakit malaria banyak menjangkiti para tentara.

Miris memang, karena perubahan iklim menyebabkan tentara tidak hanya berperang dengan manusia tetapi juga harus berperang melawan nyamuk malaria.

Dampak perubahan iklim tidak berhenti sampai di sini. Di belahan bumi lain, debit sungai dan penguapan berubah yang mengakibatkan iklim menjadi kacau, terjadi angin siklon dan badai. Sedangkan di belahan bumi lainnya mengalami kekeringan. Selain bencana tersebut, bencana lain akibat perubahan iklim juga masih mengintai kita.

Saat ini, di daerah kutub telah terjadi kehancuran besar-besaran. Es-es di kutub utara dan selatan terus mencair akibat bumi yang semakin panas. Es di Greenland telah mencair hampir 19 juta ton. Sedangkan pada tahun 2007, es di Artik hanya tinggal setengah dari 4 tahun sebelumnya. Yang lebih mengejutkan, pada 6 Maret 2008 lalu, sebuah bongkahan es seluas 414 km2 (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh. Pencairan es di kutub ini semakin hari tidak semakin berhenti, tetapi justru semakin besar.

Apakah sampai di sini? Tentu tidak! Pencairan es secara besar-besaran di daerah kutub, telah menyebabkan naiknya permukaan air laut. Jika 100 tahun yang lalu, pemanasan global menyebabkan suhu bumi naik 0,50C dan menaikkan permukaan air laut sebersar 10 cm. Maka di akhir abad 21, air laut akan naik sebanyak 50 cm.

Ya, sekali lagi, mungkin Anda akan berpikir, "hanya naik 50 cm". Perlu diketahui bahwa kenaikan 50 cm ini akan menyebabkan banyak pulau-pulau tenggelam.

Di selatan Samudera Pasifik, ada kepulauan bernama Kiribati. Setelah es di kutub mencair, 2 pulau telah tenggelam. Bahkan ada pulau yang akan tenggelam seluruhnya. Adalah Tuvalu, pulau di samping Kiribati yang memiliki ketinggian 2 meter di atas permukaan air laut.

Pada Januari dan Februari 2000, ibukota Funafuti dan sebagian besar pulau telah terendam air. Akibat kondisi ini, penduduknya beramai-ramai bermigrasi. Perdana menteri Tuvalu sendiri tengah meminta bantuan negara di sekitarnya, seperti Australia dan Selandia Baru untuk mau menerima penduduk Tuvalu sebagai pengungsi.

Penduduk di Bangladesh dan Kepulauan Maldewa juga tidak terhindar dari bencana tenggelamnya wilayah mereka. Jika badai terus terjadi, diperkirakan 1/3 dari Bangladesh dan ½ dari lahan pertanian mereka akan tenggelam. Sedangkan Maldewa dalam waktu kurang dari 50 tahun, pulau yang berpenduduk sekitar 330.000 jiwa itu akan terancam tenggelam.

Masih banyak pulau-pulau yang diprediksikan akan tenggelam. Terutama pulau-pulau yang lebih rendah yang berada di Laut Pasifik.

Inilah fakta tak terbantahkan sebagai dampak dari iklan yang berubah maupun pemanasan global. Suatu fenomena yang dikontrol oleh orang-orang yang menyebabkan polusi. Mungkin sebagian tidak menyadari dampaknya. Namun, pelan tapi pasti ini akan berdampak global dan semua akan merasakan dampaknya. Lalu, sebelum terlambat, adakah yang dapat kita lakukan?

Usaha Mengatasi Perubahan Iklim

Bencana ini adalah tanggung jawab semua pihak, baik kita secara individu dan bagian dari masyarakat dunia maupun pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Oleh karena itu, upaya mengatasi iklim yang berubah maupun pemanasan global harus dilakukan beriringan, tidak dapat saling mengandalkan.

Adapun hal-hal yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut:

Mari Membiasakan Menanam Pohon

Ingatlah bahwa satu pohon yang berumur 1 tahun, rata-rata mampu menghirup CO2 sebanyak 5,6 kg. Bayangkan jika misi “1 pohon 1 keluarga” bahkan mau menanam lebih banyak pohon, berapa banyak CO2 yang dapat diserap oleh pohon?

Mari Melakukan Penghematan Kertas

Menanam pohon memang sangat penting dan tidak menebang pohon juga penting karena turut mengendalikan CO2 di atmosfer. Dengan penghematan kertas, secara tidak langsung kita ikut meminimalkan penebangan pohon.

Bagaimana caranya?

  • Menghemat penggunaan buku catatan.
  • Jangan membuang kertas yang baru satu sisinya yang digunakan. Tetapi pakailah kembali bagian belakangnya.
  • Pisahkanlah kertas koran dan kertas-kertas yang lain untuk memudahkan daur ulang. Kertas koran yang didaur ulang dapat dijadikan koran baru.
  • Lakukanlah daur ulang kertas, ini lebih hebat.

Mari Melakukan Penghematan Energi

Listrik yang kita gunakan tentu merupakan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Maka lakukanlah penghematan energi, seperti menggunakan lampu hemat energi, memilih menggunakan kipas angin daripada AC (Energi yang dibutuhkan sebuah AC adalah 30 kali energi yang dibutuhkan sebuah kipas angin).

Perubahan Iklim dan Jenis-Jenis Iklim

Penyebab Perubahan Ikllim

Situasi dan kondisi tersebut akibat dari pemanasan global sehingga iklim di seluruh dunia mengalami perubahan. Es di kutub utara mencair akibat panas yang sangat tinggi, diakibatkan lapisan ozon yang berfungsi sebagai lapisan pelindung bumi mulai menipis. Menipisnya lapisan ozon diakibatkan oleh polusi yang berasal dari zat-zat kimia dan logam-logam berat yang mencemari lingkungan.

Iklim-Iklim di Dunia

Iklim di dunia dapat dibagi menjadi enam jenis utama, yaitu:

  1. Iklim Sedang, yaitu iklim yang memiliki empat musim, yaitu musim panas yang panas, musim dingin yang dingin dan basah, musim gugur dan musim semi
  2. Iklim Tropis adalah iklim yang kebanyakan panas dan basah sepanjang tahunnya, dengan kelembapan yang tinggi atau banyaknya uap yang lembap di udara.
  3. Iklim Subtropis adalah iklim hangat atau panas sepanjang tahun, serta musim basah dan kering yang berakhir dengan panjang waktu yang sama.
  4. Iklim Gurun adalah iklim yang jarang turun hujan, pada siang hari udara sangat panas sedangkan pada malam hari udara sangat dingin.
  5. Iklim Dingin dan Kutub adalah iklim yang kering dengan musim dingin yang sangat panjang dan musim panas yang sangat singkat.
  6. Iklim Pengunungan adalah iklim yang memiliki empat musim dengan musim panas yang hangat, musim dingin yang dingin dengan waktu yang cukup panjang, musim semi dan musim gugur. Wilayah yang memiliki iklim ini akan diguyur hujan sepanjang tahun.

Mang Aip
Mang Aip Semoga Hari Esok Menjadi Lebih Baik

Post a Comment for "Perubahan Iklim Global, Bencana Bagi Umat Manusia"