Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Merencanakan Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah

Penulisan jurnal ilmiah, tentu harus direncanakan dengan matang dan baik. Lalu bagaimana cara merencanakan penulisan artikel jurnal ilmiah. Berikut ini admin jelaskan dalam artikel ini.

Judul tulisan ini mohon untuk tidak dipermasahkan, sebab tidak bertolak dari upaya untuk menjelaskannya. Judul digunakan untuk memberikan luasnya ruang lingkup materi yang akan didiskusikan dalam tulisan ini. Bila makalah ini tidak lagi sedikit berseberangan dengan judul, bahkan hanya sebatas ‘obrolan,’ mohon dimaklumi.

Cara Merencanakan Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah

Paparan makalah ini tentunya kurang berguna bagi sejawat dosen, karena yang membicarakan bukan barang baru. Perasaan saya saat ini menjadi sangat mengganggu dan bahkan saya sedikit aneh ‘berdiri,’ di sini. Setidaknya segi kopetensi tata tulis tentunya jauh dari yang diharapkan, sekali lagi saya mohon maaf sudah memberanikan berdiri di hadapan bapak ibu yang terhormat.

Rancangan Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah

Semua penulisan tentu diawali dari ‘rancangan,’ kalau tidak keberatan dan tidak menyalahi bidang keilmuan dapat juga digunakan ‘desain,’ sungguhpun itu tidak lazim. Panitia mengajukan topik ‘out line’ penulisan Artikel. Maksudnya dapat ditangkap, namun pengertiannya tidak terpegang. Sekali lagi mohon untuk tidak dipermasalahkan penggunaan istilah itu. Oleh karena itu, saya mencoba menggunakan istilah ‘Rancangan’, meskipun istilah itu tidak tepat benar. Saya selama menulis juga tidak pernah memahamkan diri saya menggunakan pengertian itu. Karena hampir semua artikel yang saya tulis, utamanya artikel popular untuk media massa tidak pernah memikirkan ‘rancangan.’ Saya selalu berangkat dari ‘Judul’, dan mengalir apa adanya.

Ketika saya memperhatikan beberapa narasumber pada pelatihan dan seminar tentang penulisan, ada yang tidak sependapat bahwa judul itu dilahirkan dari hasil pemahaman awal dari apa yang hendak kita tulis. Mungkin yang dimaksud nara sumber tersebut adalah ‘rancangan.’ Namun tidak banyak yang menjelaskan bagaimana rancangan itu dipersiapkan. Mungkin ‘out line’ itu adalah ‘garis besar’ atau pemahaman global dari apa yang akan ditulis. Setelah semua dianggap menjadi agar jelas, baru disematkan judul.

Rancangan, apabila hal ini sementara dapat diterima untuk kita pahami bersama. Ada sedikit pengalaman yang dapat saya bagi. Jika hal itu masih menjadi beban bagi bapak dan ibu, saya tidak punya jalan masuk untuk membicarakan ini, demikian juga jalan keluar untuk mengakirinya. Dengan kata lain, saat ini saya ‘sedang terjebak.’ Semoga semua berbaik hati, dan memberikan saya jalan masuk untuk dapat kita bersama-sama mencari jalan keluar yang mlebih baik.

Pengalaman saya menulis artikel umumnya berangkat dari membaca dan melihat pertunjukan. Ide-ide penulisan seringkali mendadak muncul dengan sangat cepat dan tiba-tiba. Secepat kilat itu saya menuliskan kesan tertentu yang sangat kuat. Ketika saya melihat pertunjukan karya Martinus Miroto berjudul Sampah yang dipentaskan di TMII. Saya sepontan menuliskan judul “Sampah di Kirim Ke Jakarta.” Judul ini lebih hidup dari pementasan, karena bersifat kontestual. Paparannya sangat mudah, tinggal mengkaitkan antara fenomena pangggung dengan realitas yang terjadi di kota Jakarta, yaitu problematika ‘sampah,’ yang menyebakan banjir hingga sampah masyarakat, seperti gelandangan, preman, dan pelacuran.

Menulis artikel jurnal ilmiah ternyata tidak semudah itu, maka saya membutuhkan cara yang lebih hati-hati dan menggendalikan cara-cara yang bersifat impresif, spontan dan sedikit agak berkeliaran. Saya menyadari tentang ‘rancangan tulisan’ tulisan saya, karena disebabkan oleh berbagai nara sumber dari pelatihan semacam ini.

Bagian Rancangan Artikel Jurnal

Rancangan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu, (1) Proposional (kesebandingan dari ruang lingkup). (2) Objek penulisan, (3) Selera editor.

1. Proposional

Proposional yang dimaksud adalah ‘kesecukupan.’ Termasuk gagasan yang dapat dituangkan dalam tulisan. Kadang kita punya gagasan yang sangat menarik, namun tidak cukup dituangkan menjadi sebuah artikel yang ditulis antara 9–13 bahkan 20-30 halaman. Jumlah halaman tergantung kebijakan jurnal ilmiah tertentu. Permasalkahan yang sering terjadi adalah kadang gagasan hanya dapat dituangkan dalam 3-5 halaman saja. Disini membutuhkan pengalaman dan aspek intuisi yang terlatih. Bahkan, bisa jadi terkait dalam penuangan setiap unit, misalnya

a. Judul Artikel

Seperti telah dikemukakan di depan, pengalaman saya selama ini lebih banyak dipicu oleh munculnya judul. Karena judul ini merupakan spirit yang mampu mengerakan seluruh energi pikiran, bahkan dalam judul tersimpan suatu kegelisahan. Oleh karena itu judul artikel seringkali menjadi prioritas utama untuk ditemukan (jika ada perubahan tidak menjadi persoalan, apalagi jika artikel yang ada dampak finansialnya). Beberapa judul artikel jurnal ilmiah terkesan kaku, formal, atau simple. Bahkan ada yang memberikan rambu-rambu tidak lebih dari 15 karakter. Pengalaman saya yang penting judul itu menarik dan variabelnya muncul, misalnya, ‘Bukalah Topengmu’ yang terbit di Jepang. Artikel ini membicarakan tentang paradok (pertentangan) antara wajah pemakai (penari) dan wajah topeng. Dua variable itu menunjukan tentang ‘samaran’ atau ‘penyamaran.’ Judul itu menurut saya tidak bersifat diskriptif tapi probelematik.

b. Pendahuluan

Berbagai petunjuk penulisan selalu mengacu pada prosentase jumlah halaman, misalnya pendahuluan sebaiknya tidak lebih dari 1 halaman. Namun permasalahan dan emosi seseorang menulis ternyata tidak dapat dibatasi berdasarkan ketentuan kuantitatif, bisa jadi pendahuluan ini berisi pengantar gagasan yang sangat penting dan dapat meminta ruang hingga 2 halaman (namun juga tidak berlebihan hingga 50 % dari jumlah halaman). Perlu diperhatikan, pada akhir unit pendahuluan ini dikemukakan permasalahan atau pertanyaan yang diajukan, dan disampaikan juga tujuannya. Pertimbangan bobot artikel yang pertama adalah pada pointnya, di samping kemantapan judul.

c. Metodologi

‘Paparan data’ (seberapa bandingannya dengan analisis). Jika artikel hasil penelitian dan penciptaan, penulisan metode tidak banyak persoalan. Setidaknya metode memiliki relevansi dengan judul (dalam kaitan ini saya tidak merasa kopenten menjelaskan).

d. Analisis Atau Diskusi

Analisis memang tidak dapat menutut penulis melakukannya se edial mungkin. Hal ini terkait dengan pola pembiasaan. Pengalaman saya hanya berpedoman menjawab permasalahan yang diajukan berdasarkan variabel. Letak kreativitas dan kualitas penulis memang pada aspek analisis ini. Seberapa tajam pembahasan dari pertanyaan yang diajukan berdasarkan pengetahuan teoritis, adalah point tersendiri.

e. Kesimpulan

Semua unit pemapatan semampunya dapat dengan pantas dan cukup dapat disampaikan.

Pengalaman saya sebagai penulis artikel popular di media massa dan jurnal ilmiah, propoisional itu dilatih dalam ketahanan menghadapi mesin ketik (komputer). Jika gagasan itu tidak dapat saya selesaikan dalam satu jam, maka ‘rasa emosi’ menulis akan kandas dijalan dan tidak jadi. Hal ini akan sangat mengganggu ketika artikel itu ‘pesanan’. Saya harus menahan diri untuk menulis hingga selesai, sesunggunya saya benar-benar mau ‘muntah.’

2. Objek Penulisan

Objek penulisan untuk artikel ilmiah yang paling banyak terangsang dari membaca buku, jurnal, observasi di lapangan kadang untuk memicu hasrat untuk menulis. Saya sedang menyiapkan artikel Overa Van Java; Pemain, Permainan, dan Dipermainkan pada Komedi Parodi Indonesia. Sudah hampir setahun saya mengamati dan berhasrat untuk menulis, namun sebagai produk tulisan ilmiah tidak dapat serampangan ditulis, harus ada buku penunjang dan artikel tentang objek tersebut meskipun itu hanya sebatas informasi. Sebab judul yang direncang ada tiga variable yang meminta dukungan teori.

Objek penulisan dapat juga digali dari teori, ketika saya membaca buku Stlistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Pada buku itu membahas tentang fungsi simbol yang dikutif dari Cassirer. Fungsi simbul ada 5 yaitu, (a) untuk berkomunikasi, (b) memahami lebih banyak hal, (c) Meningkatkan kemampuan berpikir, (d) melampaui ruang waktu, dan (e) membayangkan realitas non fisik. Ini menjadi gagasan untuk menulis. Kemudian dipikirkan objek materialnya sesuai dengan bidang profesi (agar linier) dan dirancang judul artikel. Misalnya Makna Simbolis Tayub Malang: Pola Komunikasi kinetics, eksistensial, dan perkembangannya ada jurnal yang tidak menyukai judul yang sudah tampak jelas isinya. Judul dapat dirubah menjadi Dibalik Tayub Malang: Profesi dan Penyimpangan social.

Jika ada jurnal yang menekankan objek penulisan berdasarkan hasil penelitian. Tentunya hal itu sangat mudah. Karena sudah ada hasilnya yang disebabkan penuangannya apa adanya. Sehingga sangat luas pemaparannya. Ambil saja satu variabel dan dikembangkan menurut kebutuhan penulisan.

Saya juga sedang memperhatikan, beberapa ketentuan yang dicanangkan pada petunjuk penilaian akriditasi jurnal nasional, yaitu merujuk pada artikel jurnal. Point ini saya masukan dalam kelompok materi objek penulisan. Saya menyadari, bahwa selama ini saya masih sangat kurang membaca artikel jurnal ilmiah (di samping tidak sangat banyak jurnal yang dijual di toko buku). Kondisi ini tidak menguntungkan bagi jurnal yang bersedia memuat artikel saya, karena artikel itu akan dicurigai tidak merujuk pada issu yang terbaru. Oleh karena itu tidak banyak artikel jurnal yang dikembangkan atau merujuk pada artikel pada jurnal. Point ini sebenarnya harus tinggi, karena keterbacaan jurnal menjadi nyata. Tidak hanya di baca, namun direspon berupa tulisan (ilmu pengetahuan dan seni sebenarnya dapat berkembang melalui jurnal). Jika komitmen kita bagus, salah satu rujukan perkuliahan dipersyaratkan dari jurnal.

3. Selera Editor

Editor jurnal juga memberikan andil besar bagi calon-calon penulis, karena format artikel jurnal sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, penulis artikel untuk suatu jurnal tertentu wajib mengetahui kesepakatan ‘selingkung.’ Penulis artikel jurnal yang mengenali karakteristik editor jurnal yang dituju menjadi lebih dapat memaklumi, walaupun sepenuhnya tidak sangat setuju dengan pola yang ditentukan. Perancangan format artikel untuk jurnal setidaknya mampu menyesuaikan diri dan mencari kemungkinan yang menguntungkan ke dua belah pihak.

Saya memiliki pengalaman yang menarik, hal ini dikarenakan ulah editor suatu jurnal (jurnal itu ada di lingkungan kampus kita) yang menolak lewat sms. Saran yang diberikan tidak telalau jelas (mungkin saya yang tidak terlalu paham yang disarankan). Teman sejawat saya yang memasukan artikel bersama-sama patah arang untuk tahap pertama. Saya berusaha untuk mengukuti beberapa saran yang di-sms-kan. Penolakan kedua melalui email, dengan mememberikan 3 catatan yang semuanya mengarah pada aspek subtansial. Menurut saya, saran itu sudah keluar dari temuan penelitian yang saya gunakan sebagai objek penulisan. Saja juga jadi patah arang. Artikel saya kirimkan ke jurnal nasional dan tidak berselang lama terbit. Sejawat saya yang mengalami patah arang yang tertama, artikelnya dikirim ke jurnal internasional setelah ditranslit ke bahasa Inggris. Tidak lebih dari tiga bulan dari penolakan itu ternyata dimuat di Jurnal internasional.

Mang Aip
Mang Aip Semoga Hari Esok Menjadi Lebih Baik

Post a Comment for "Cara Merencanakan Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah"